Pajero Jadi Angkot Di Papua, Bikin Kaget?

Carikendaraan.com  - Daerah Papua memang dikenal memiliki letak geografis berbukit dan keterbatasan akses jalan. Akses jalan masih didominasi tanah. Untuk mengantarkan penumpang dari dan menuju kota di Papua harus menggunakan kendaraan dengan ukuran besar.

Maka tak Heran, bila 'angkot' atau alat transportasi darat di Papua memakai kendaraan cc besar seperti Toyota Fortuner, Toyota Hilux, Mitsubishi Strada hingga Mitsubishi Pajero.

Kendaraan yang terbilang 'mewah' bagi warga ibu kota ini, menjadi alat transportasi harian di Sorong, yakni menghubungkan Kabupaten Sorong Selatan-Kota Sorong di Provinsi Papua Barat sepanjang 175 kilometer (km).

 

"Angkot di sini pakai Fortuner, Pajero, Hilux kalau di Jawa itu sudah dibilang kendaraan mewah. Di sini, jadi angkot," kata salah satu pengemudi bernama Adhi kepada detikFinance selama perjalanan Sorong-Sorong Selatan, Jumat (24/08/2018).

DetikFinance sendiri berkesempatan menggunakan kendaraan double cabin, Toyota Hilux untuk menembus daerah di Sorong.

Kendaraan yang telah dimodifikasi ini, memiliki roda lebih besar dan casis lebih tinggi dari kendaraan sejenis. Double cabin ini mampu menembus jalanan sepanjang 175 km hingga ke ibu kota Sorong Selatan, Teminambuan.

Mobil CC besar tersebut juga bisa difungsikan sebagai kendaraan sewa. Warga di Sorong bisa memilih untuk sistem sewa atau pun membayar per orang seperti sistem di 'angkot'

Pria asal Makassar ini menuturkan, tarif angkot rute Teminambuan-Sorong bisa dipatok Rp 300.000 per orang. Bila memakai double cabin dan penumpang memilih duduk di tempat barang, pengguna jasa bisa dikenakan tarif Rp 150.000 per orang untuk sekali jalan.

"Angkot bayar Rp 300.000 per orang. Fortuner bisa 6 orang. Kalau sewa bisa Rp 1,3 juta sampai Rp 1,5 juta. Bensin sudah ditanggung pemilik kendaraan," ujarnya.

Selama perjalanan 3 jam lebih, detikFinance bersama rombongan jurnalis asal Jakarta yang akan menghadiri peresmian pabrik sagu 'modern' pertama di Distrik Kais, Sorong Selatan pada 31 Desember nanti, disuguhi oleh pemandangan hutan-hutan tropis.

Pohon tinggi menjulang seolah menyapa rombongan menuju lokasi ibu kota Sorong Selatan. Sesekali, rombongan bertemu angkot yang memakai Fortuner hingga Hilux.

Tak hanya itu, seorang penduduk lokal sempat menjulurkan tangan seakan ingin memberhentikan 'angkot' yang ditumpangani detikFinance. Mobil tak berhenti karena telah disewa. Alhasil, Adhi sang pengemudi hanya memberi isyarat lampu.

"Iya, ibu itu ingin naik. Di sini angkot pakai pelat hitam dan kuning. Jadi mobil kita dikira angkot," cerita Adhi kepada detikFinance selama perjalanan.

Jalan Sorong Selatan-Sorong terbilang mulus. Mayoritas jalan sepanjang 175 km telah diaspal hingga dibeton. Hanya beberapa bagian di daerah Sorong Selatan yang masih dalam proses pengaspalan.

Dengan kondisi jalan relatif mulus meskipun tekstur berbukit dan berbelok, kendaraan bisa melesat antara 80-100 km per jam. Tak terasa, rombongan tiba di Teminambuan pukul 13.30 WIT setelah menempuh perjalanan 3,5 jam.

Waktu ini telah termasuk istirahat untuk sekadar buang air kecil hingga menikmati pemandangan di sepanjang jalan.

Meski lancar, selama perjalanan diwarnai insiden kecil. Warga di daerah Malas Tau, Sorong, sempat menghadang kendaraan yang lewat. Warga memasang palang karena ada anjing yang ditabrak kendaraan sehingga warga meminta uang kompensasi kepada setiap pengendara agar bisa lewat.

Bahkan, ada seorang aparat keamanan hanya lewat tanpa menegor aksi beberapa pria muda itu. Adhi mengaku hal itu hanyalah modus dari warga. Mereka hanya meminta uang. Meski demikian, aparat keamanan tak bisa berbuat banyak.

"Kasih Rp 20.000 saja. Mereka palang itu, sampai puas dan nggak ada kendaraan. Setelah itu mereka selesai. Itu anjing, di-toki (dipukul) sama mereka saja. Ini kan mau tahun baru jadi mereka butuh uang," ujar Adhi.

 

(AldiSyah/Carikendaraan.com)